Lailatul Qadar: Malam Kemuliaan yang Lebih Baik dari Seribu Bulan
CIREBON,IKMI.AC.ID – Lailatul Qadar adalah malam istimewa dalam Islam yang terjadi pada bulan Ramadan. Malam ini memiliki keutamaan luar biasa, bahkan disebutkan dalam Al-Quran sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan. Bagi umat Islam, memahami makna, dasar hukum, serta keutamaan Lailatul Qadar sangat penting untuk memaksimalkan ibadah di bulan suci ini. Artikel ini akan mengulas secara komprehensif tentang Lailatul Qadar berdasarkan dalil Al-Quran dan hadis sahih, serta keutamaannya.
Apa Itu Lailatul Qadar?
Lailatul Qadar (ليلة القدر) secara harfiah berarti “Malam Kemuliaan” atau “Malam Penetapan”. Malam ini dipercaya sebagai waktu ketika Al-Quran pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril. Pada malam ini, Allah SWT menentukan takdir seluruh makhluk untuk satu tahun ke depan. Keistimewaannya terletak pada pahala ibadah yang dilipatgandakan, melebihi ibadah selama seribu bulan.

Landasan Hukum dalam Al-Quran dan Hadis Sahih
- Surah Al-Qadr (97:1-5)
Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Tuhan mereka untuk mengatur segala urusan. Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar.”
Surah ini menjelaskan keagungan Lailatul Qadar dan turunnya malaikat sebagai tanda rahmat Allah.
- Surah Al-Baqarah (2:185)
“Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Quran, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang benar dan batil)…”
Ayat ini menguatkan bahwa Al-Quran turun di bulan Ramadan, yang merujuk pada Lailatul Qadar. - Hadis Sahih Riwayat Bukhari dan Muslim
Rasulullah SAW bersabda:
“Carilah Lailatul Qadar pada malam ganjil di sepuluh hari terakhir Ramadan.” (HR. Bukhari No. 2017, Muslim No. 1169).
Dalam riwayat lain, Nabi SAW juga menyatakan:
“Barangsiapa mendirikan shalat pada malam Lailatul Qadar karena iman dan mengharap pahala, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari No. 1901).
Keutamaan dan Pahala Lailatul Qadar
- Pahala Setara Ibadah 1.000 Bulan
Ibadah pada malam ini, seperti shalat, membaca Al-Quran, atau berzikir, dinilai lebih baik daripada ibadah selama 83 tahun (1.000 bulan). Ini adalah kesempatan emas untuk meraih pahala tak terbatas. - Pengampunan Dosa
Rasulullah SAW menjanjikan pengampunan dosa bagi yang menghidupkan malam ini dengan ikhlas dan iman (HR. Bukhari). - Malam Penuh Kedamaian
Allah SWT menggambarkan Lailatul Qadar sebagai malam yang penuh kesejahteraan hingga terbit fajar (QS. Al-Qadr: 5). Malaikat turun ke bumi membawa ketenangan dan keberkahan. - Penentuan Takdir
Pada malam ini, Allah SWT menetapkan takdir manusia untuk tahun berikutnya, termasuk rezeki, usia, dan kebaikan (QS. Ad-Dukhan: 4).
Tanda-Tanda Lailatul Qadar
Berdasarkan hadis sahih, tanda malam ini antara lain:
- Udara terasa sejuk dan langit cerah.
- Matahari terbit keesokan harinya tanpa sinar menyilaukan (HR. Muslim No. 762).
- Hati terasa tenang dan khusyuk dalam beribadah.

Cara Menghidupkan Malam Lailatul Qadar
- I’tikaf
Menghabiskan waktu di masjid untuk fokus beribadah, sesuai sunnah Rasulullah SAW. - Memperbanyak Doa
Doa utama yang diajarkan Nabi SAW:
“Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anni”
(Ya Allah, Engkau Maha Pemaaf dan mencintai permintaan maaf, maka ampunilah aku). - Shalat Malam dan Membaca Al-Quran
Memperbanyak shalat sunnah (seperti Tahajud) dan tadarus Al-Quran.
Penutup
Lailatul Qadar adalah malam istimewa yang hanya datang setahun sekali. Sebagai civitas akademika IKMI Cirebon, mari manfaatkan momentum ini dengan memperkuat keimanan, memperbanyak amal shaleh, dan meraih keberkahan ilmu yang bermanfaat. Semoga kita termasuk hamba yang diampuni dan ditinggikan derajatnya melalui kemuliaan malam ini. (RK)
Referensi:
- Al-Quran Surah Al-Qadr, Al-Baqarah, Ad-Dukhan.
- Hadis Sahih Riwayat Bukhari dan Muslim.
- Kitab Fathul Bari karya Ibnu Hajar Al-Asqalani.